cara membuat buku cerita bergambar

Diartikel ini, kita akan belajar tentang cerita bergambar ya. Kalian pada Tema 4 kelas 5 SD halaman 104 Subtema 3 diminta untuk menuliskan pengertian cerita bergambar. Teman-teman bisa membuka halaman sebelumnya, yakni halaman 102 hingga 103 untuk membaca sekilas mengenai cerita bergambar menarik yang disajikan di sana. PanduanCara Menulis Buku Cerita Anak dalam 7 Langkah Super Mudah. 1. Temukan Ide yang Relevan untuk Anak-Anak. Beberapa Pertanyaan untuk Ide Buku Cerita Anak. Pastikan Ide Ceritamu Umum (Universal) 2. Pilih Usia Pembacamu. Buku Gambar untuk Usia 0 - 6 Tahun. Usia Pembaca Awal untuk 6-7 Tahun. CaraMembuat Komik yang Mudah dan Cepat untuk Pemula | kumparan.com. Buku Komik Cerita Bergambar- Hamsters Diary (2 buku) - Keluarga Sirkus. Komik Sehat - Sehat Negeriku. Komik adalah Seni Gambar Tidak Bergerak yang Bercerita, Pahami Jenis-Jenis dan Contohnya - Hot Liputan6.com. jual Buku Komik Lokal Cergam (Cerita Bergambar) | Shopee Indonesia Langkahlangkah Membuat Cerita Bergambar Cerita bergambar adalah susunan gambar-gambar yang dilengkapi teks dan membentuk suatu cerita. Komik adalah salah satu bentuk cerita bergambar. Cerita bergambar, biasanya tampil dalam format buku, bisa juga dengan selembar kertas, seperti cerita bergambar dalam sebuah poster. Buatlahilustrasi untuk cerita Anda. Kebanyakan buku cerita anak dilengkapi dengan ilustrasi untuk menghidupkan cerita secara visual. Anda bisa mencoba membuat sendiri illustrasi cerita atau menyewa jasa ilustrator. Cách Vay Tiền Trên Momo. Unduh PDF Unduh PDF Menulis kisah yang luar biasa untuk buku anak-anak hanyalah separuh dari perjuangan yang harus ditempuh. Bahkan alur yang paling menarik sekalipun tidak akan menjadi hidup tanpa ilustrasi yang jelas untuk mengimbangi teks. Untungnya, dengan bertukar pikiran, berkomunikasi dengan penulis buku, serta menggunakan ilustrasi cat air sederhana, Anda dapat menambahkan nuansa keriangan dan keceriaan pada buku-buku Anda. 1Dapatkan dan pelajari arahan penulis. Jika Anda dikontrak untuk membuat ilustrasi buku, sering kali penulis akan memberi Anda arahan-daftar catatan yang menggambarkan aksi utama dalam tiap lembaran buku. Pelajari arahan ini dengan cermat, dan cobalah untuk tetap berpijak pada intensi penulis. Jika ingin membuat ilustrasi buku sendiri, Anda memiliki lisensi kreatif yang tak terbatas![1] 2Sesuaikan gambar berdasarkan tingkat kemahiran membaca. Rentang usia pembaca yang berbeda membutuhkan jenis ilustrasi yang berbeda pula. Jika Anda menulis untuk anak kecil, tiap gerakan alur utama mungkin perlu digambarkan dalam ilustrasi Anda dengan cara yang jelas dan mudah diikuti. Pembaca yang sedikit lebih besar yang dapat membaca hampir semua cerita sendiri mungkin hanya perlu ilustrasi yang menggambarkan tema serta momen-momen tertentu dalam suatu bab.[2] 3 Dapatkan inspirasi dari karya seniman lain. Tidak ada salahnya mengacu pada ide gaya buku anak-anak yang sukses. Selain itu, lihat bentuk seni lain-seperti lukisan, tekstil, atau film-untuk mendapat ide estetika umum gambar-gambar Anda.[3] Jika Anda menulis untuk audiens yang lebih muda, karya Dr. Seuss mungkin dapat dijadikan acuan awal; gayanya yang penuh khayal dan orisinal membuka jalan bagi banyak seniman buku anak lainnya. Cobalah melihat-lihat karya seni yang terkait dengan latar cerita Anda. Contohnya, jika Anda membuat ilustrasi tentang kesatria dan kastel, Anda harus mencoba meneliti seni dari abad pertengahan. Iklan 1Gambar sketsa buku dalam ukuran kecil. Sketsa kecil yang tidak mendetail ini-hanya berukuran dua hingga lima sentimeter-memungkinkan Anda untuk menelusuri jejak alur visual seluruh isi buku. Anda tidak perlu menghapus atau merevisi sketsa ini; cukup gambar dengan cepat dan biarkan ide-ide Anda mengalir. Berfokuslah pada desain lanskap, titik perhatian, dan dan tata letak secara umum.[4] 2 Gambar sketsa persiapan untuk cerita Anda. Berfokuslah pada pengembangan karakter dengan menjelajahi berbagai macam potensi ekspresi, postur, dan suasana hati untuk tiap karakter yang akan Anda ilustrasikan. Anda dapat menggunakan ini sebagai referensi selama keseluruhan proses ilustrasi.[5] Sebagai contoh, jika karakter utama Anda muncul pertama kali dalam keadaan sedih dan berakhir bahagia, cobalah menggambarnya dalam dua kutub emosi, dengan mengembangkan ekspresi sedang di tengah alur. 3 Buat templat sketsa. Setiap ilustrasi yang Anda hasilkan akan menutup satu atau dua halaman buku fisik sehingga menjadi penting untuk menyesuaikan dimensi sketsa dengan dimensi produk akhir. Cobalah membuat garis yang tepat dengan pensil dan penggaris di kertas sketsa sebelum membuat sketsa cerita.[6] Jika ilustrasi Anda dapat menutup dua halaman, pastikan untuk menandai area yang akan dipakai sebagai ruas buku, dan hindari menggambar sketsa detail penting di ruang ini. Pastikan untuk menentukan di mana penulis bermaksud meletakkan teks di tiap halaman. Tandai area-area ini dengan garis, dan hindari membuat sketsa mendetail di atasnya. 4Sesuaikan penempatan teks. Ilustrasi Anda harus mengikuti alur buku secara berkesinambungan sebagaimana tercetak di tiap halaman. Cobalah untuk menangkap detail-detail yang digambarkan dalam cerita, dan cari cara untuk memberi bocoran samar peristiwa yang akan terjadi di halaman berikutnya melalui gambar-gambar Anda.[7] 5Periksa konsistensi. Pastikan tiap karakter Anda mudah dikenali di sepanjang buku. Periksa konsistensi pakaian, warna, dan ekspresi. Jika karakter sulit dikenali oleh anak di beberapa halaman, alur cerita mungkin sulit untuk diikuti.[8] 6Bagikan sketsa dengan klien Anda. Jika Anda membuat ilustrasi untuk seorang klien, pastikan untuk menunjukkan sketsa terlebih dahulu sebelum melanjutkan. Di tahap ini, gambar masih relatif mudah diubah atau diganti, dan penting untuk mendapat izin serta umpan balik dari penulis sepenuhnya sebelum Anda mulai membuat gambar final. 7Persiapkan sketsa akhir tiap halaman. Menggunakan sketsa persiapan sebagai referensi, ubah ukuran gambar menjadi ukuran target dan tambahkan detail-detail ekstra-objek, tekstur, atau pemandangan-yang ingin Anda masukkan ke dalam ilustrasi. Untuk membuat skala secara akurat, cobalah untuk membuat kisi yang telah diukur di atas sketsa persiapan, dan cukup salin tiap satu kuadran ke kisi yang lebih besar dengan skala dimensi akhir.[9] Iklan 1 Transfer sketsa Anda ke atas kertas cat air. Sebelum menghidupkan sketsa dengan cat, Anda perlu memindahkannya ke kertas yang sesuai. Untuk solusi sederhana, cobalah memfotokopi sketsa secara langsung di atas kertas cat air menggunakan pencetak. Jika pencetak Anda tidak dapat menangani kertas cat air berat, cobalah transfer tradisional menggunakan arang. Gosok bagian belakang kertas sketsa dengan arang, tempelkan sisi yang berarang ke kertas cat air, kemudian jiplak gambarnya. Saat mengangkat kertas sketsa, Anda akan memegang salinan sketsa orisinal pada kertas cat air.[10] 2Tentukan warna Anda. Sebelum menyapukan warna, persiapkan palet warna secara cermat. Warna buku anak-anak dapat memiliki peran yang sama pentingnya terhadap suasana dan nuansa karya dengan desain gambar sehingga pastikan untuk berkonsultasi dengan penulis mengenai nuansa warna buku. Warna-warna yang terang sering kali menyampaikan emosi riang, sedangkan ambar gelap serta biru gelap dapat membuat ilustrasi Anda terasa lebih muram.[11] 3Sapukan warna dengan kuas cat air. Jika Anda masih belajar melukis dengan cat air, Anda mungkin perlu menuangkan gambar pada salinan kertas ekstra untuk latihan sebelum menuangkan gambar final. Ingat menggambar dengan cat air memerlukan sentuhan yang lebih ringan dibandingkan bentuk gambar lainnya. Sapukan kuas dengan lembut, dan berlatihlah beberapa kali untuk mengembangkan keterampilan Anda.[12] 4 Buat garis menggunakan pena. Untuk kontras, ketegasan, dan pancaran ekstra, tambahkan garis luar menggunakan pena pada sebagian atau semua garis. Untuk mencegah belobor, cobalah menggunakan pena dengan tinta anti air. Untuk mendapatkan nuansa komik dengan tepian yang lebih tegas, cobalah membuat garis luar dengan tinta sebelum menggambar dan isi garis-garisnya. Ingat tinta ini bersifat opsional! Jika Anda bertujuan mendapatkan nuansa abstrak dan ajaib, pilihannya adalah dengan membatasi garis luar atau tidak menggunakannya sama sekali.[13] Iklan Jika bekerja dengan editor atau penulis, Anda perlu memberikan sejumlah ide yang dapat mereka pilih ini dapat memberi mereka input positif mengenai desain. Anda bebas menggambar apa saja saat membuat ilustrasi untuk buku Anda sendiri. Meskipun ada orang yang beranggapan gambar Anda aneh, tidak masalah, karena itu buku Anda sendiri! Hal yang paling penting adalah Anda puas dengan hasilnya. Iklan Hal yang Anda Butuhkan Kertas sketsa Kertas cat air Cat air Penghapus Pensil grafit Tentang wikiHow ini Halaman ini telah diakses sebanyak kali. Apakah artikel ini membantu Anda? Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Menjelang libur semester, atau mungkin sudah libur, membuat saya ingin menulis terutama mengenai salah satu mata kuliah yang saya ampu kemarin, yaitu sastra anak. Profesi saya sebagai dosen memang menuntut saya untuk dapat mendalami dan menguasai setiap mata kuliah yang saya ampu, walaupun mungkin saya sudah mempelajari sebelumnya di bangku kuliah kali ini, khusus mata kuliah sastra anak di tempat saya mengajar yaitu Universitas Pamulang, saya berniat tidak hanya memperkenalkan kepada mahasiswa saya mengenai teori saja, namun juga ingin membangunkan skill mereka yang mungkin terpendam untuk menjadi salah satu yang mengkreasikan karya sastra anak, terutama dalam bentuk buku cerita bergambar. Saya sudah memberitahu para mahasiswa saya mengenai projek ini sebulan sebelumnya. Jadi, mereka perlu menyiapkan ide cerita yang juga meliputi tema, karakter, setting, plot, dan juga pesan moral yang dihaturkan baik secara tersirat maupun tersurat yang menjadi ciri khas dari karya sastra anak. Pada minggu terakhir pertemuan di kelas , setiap grup pun telah menyelesaian tugas projek mereka membuat buku cerita anak bergambar karya mereka. Sebagai pengantar buku-buku ini menggunakan Bahasa Inggris. Hasilnya pun tidak mengecewakan, mereka memang memiliki potensi. Walaupun, pasti masih ada kekurangan, tapi pun itu dapat ditutupi dengan antusiasme dan hasil yang cukup 6 buku cerita bergambar anak yang terkumpul dari 6 grup mahasiswa. Buku pertama berjudul The Mongkey and the Squirrel karya Aditya Tasya, Muhammad Ega, dan Nur Amalia yang bertema mengenai pentingnya kejujuran dalam proses dibandingkan dengan hasil yang didapati namun dengan cara yang curang. The Monkey and the Squirrel/Dokumen pribadi Lalu buku kedua berjudul The Frog and the Ant karya Aulia Dyah Pusparani, Gina Novianty, Gita Apriliani, dan Helmi Debataraja yang bertema mengenai persahabatan. Di buku cerita bergambar ini diceritakan persahabatan antara seekor katak dan sekor semut. Pesan moral dari cerita ini adalah bahwa perbedaan antara sang katak dan si semut tidak menghalangi persahabatan mereka. 1 2 3 Lihat Pendidikan Selengkapnya Halo, Laela A. Terima kasih sudah bertanya ke Roboguru. Kakak bantu jawab ya. Cara membuat buku cerita bergambar komik dapat diawali dengan menentukan tema, menentukan karakter, menentukan alur, membuat sketsa, dan mengembangkan sketsa tersebut. Yuk, simak pembahasan berikut ini. Komik merupakan cerita yang menonjolkan gerak dan perbuatan melalui ilustrasi gambar. Hal tersebut bertujuan untuk memberikan suatu informasi berupa cerita kepada pembaca. Langkah-langkah membuat komik adalah sebagai berikut. 1. Menentukan tema. 2. Menentukan karakter berdasarkan tema yang telah ditentukan. 3. Menentukan alur. 4. Siapkan alat dan bahan untuk membuat sketsa karakter. 5. Mengembangkan sketsa tersebut menjadi gambar yang lebih sempurna. Dengan demikian, cara membuat buku cerita bergambar komik dapat diawali dengan menentukan tema, menentukan karakter, menentukan alur, membuat sketsa, dan mengembangkan sketsa tersebut. Semoga membantuŸ™‚ This development research aimed to produce picture book products based on character education that can improve literacy culture in elementary schools. A picture story book is a book that combines text and illustrations so that it becomes a story book that can increase students' reading interest. Picture story books can tell a story that is collaborated with an interesting and meaningful concept for children's development. The method used was the method of research and development R&D with the development model of Borg and Gall. This research and development had 9 stages of research, namely research and information gathering, planning, product draft development, initial field testing, product revision, main field test, operational product revision, field implementation test and final product revision. Respondents in research and development involved one material expert, one linguist, one media expert, 13 students of SDSN Bendungan Hilir 12 Pagi, 21 students of SDS Ar-Rahman Motik. The results showed that the character education-based picture book product was considered very good. The average result according to the expert was the Small Group Evaluation was and the Field Test was This picture book product was attractive to students who loved reading because reading was the key to increase literacy culture since elementary school age. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free p-ISSN2579 – 5112 e-ISSN 2579 – 5147 560 JURNAL TAMAN CENDEKIA VOL. 05 NO. 01 JUNI 2021 PENGEMBANGAN BUKU CERITA BERGAMBAR BEBASIS PENDIDIKAN KARAKTER DALAM MENUMBUHKAN BUDAYA LITERASI SISWA KELAS II SEKOLAH DASAR Palupi Mutiasih1, Prana Dwija Iswara2, Trisna Nugraha3 Program Studi Pendidikan Dasar1,2,3 Universitas Pendidikan Indonesia1,2,3 Email palupimutia Abstract This development research aimed to produce picture book products based on character education that can improve literacy culture in elementary schools. A picture story book is a book that combines text and illustrations so that it becomes a story book that can increase students' reading interest. Picture story books can tell a story that is collaborated with an interesting and meaningful concept for children's development. The method used was the method of research and development R&D with the development model of Borg and Gall. This research and development had 9 stages of research, namely research and information gathering, planning, product draft development, initial field testing, product revision, main field test, operational product revision, field implementation test and final product revision. Respondents in research and development involved one material expert, one linguist, one media expert, 13 students of SDSN Bendungan Hilir 12 Pagi, 21 students of SDS Ar-Rahman Motik. The results showed that the character education-based picture book product was considered very good. The average result according to the expert was the Small Group Evaluation was and the Field Test was This picture book product was attractive to students who loved reading because reading was the key to increase literacy culture since elementary school age. Keywords character education, literacy, picture book. PENDAHULUAN Pendidikan yang baik adalah dasar kemajuan suatu bangsa. Melalui sebuah pendidikan manusia dapat memperbaiki kualitas hidupnya. Pendidikan merupakan wadah dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas Mulyasa,2017. Pendidikan juga merupakan kunci dalam membangun generasi yang bermartabat yaitu generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual namun juga cerdas secara moral Sadullah,2019. Melalui pendidikan, transformasi pengetahuan dan penanaman karakter dapat diimplementasikan kepada manusia agar mampu menjadi SDM yang memiliki kompetensi untuk bisa bersaing di masa depan Lickona, 2016; Listyarti, 2012 United Nation Development Programme UNDP mencatat bahwa Indeks Pembangunan Manusia IPM Indonesia tahun 2015, berada di peringkat ke-110 dari 188 negara dengan besaran 0,684 atau sama dengan tahun sebelumnya BPS, 2015. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa IPM di Indonesia masih belum mencapai hasil maksimal. Tinggi rendahnya IPM dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah angka melek huruf yang merupakan salah satu indikator dalam mengukur dimensi pengetahuan. Menurut Badan Pusat Statistik BPS, angka melek huruf adalah presentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin atau huruf lainnya. Literasi berhubungan dengan keaksaraan yaitu kegiatan membaca, menulis, dan berdiskusi. Literasi merupakan pondasi untuk belajar sepanjang hayat Alberta, 2010; Rahman, 2018 11. Kunci dalam menumbuhkan budaya literasi adalah membaca Wiediarti, 2016; Mutiasih, 2016; Alwasilah, 2012. Hasil penelitian dari Programme For International Student Assessment PISA yang melakukan penelitian setiap tiga tahun sekali, mencatat bahwa budaya literasi masyarakat Indonesia pada tahun 2012 terburuk kedua dari 65 negara p-ISSN2579 – 5112 e-ISSN 2579 – 5147 561 JURNAL TAMAN CENDEKIA VOL. 05 NO. 01 JUNI 2021 yang diteliti di dunia. Indonesia menempati urutan ke 64 dari 65 negara Mutiasih, 2016. United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization UNESCO tahun 2012 menyebutkan bahwa indeks minat baca di Indonesia baru mencapai 0,001%. berdasarkan riset lima tahunan yang dilakukan oleh Progress International Reading Literacy Study PILRS, yang melibatkan siswa SD, Indonesia berada pada posisi 36 dari 40 negara yang dijadikan sampel Indonesia hanya lebih baik, dari Qatar, Kuwait, Maroko dan Afrika Selatan Gong, 2012. Rendahnya minat baca siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah tidak adanya buku cerita yang menarik minat siswa dan sesuai dengan karakteristik anak usia Sekolah Dasar Rahim, 2018. Hal yang dapat dilakukan dalam mencerdaskan suatu bangsa yakni melalui pengembangan budaya baca, tulis dan hitung bagi segenap warga masyarakat Badan Bahasa, 2016. Buku cerita bergambar dengan kombinasi teks dan ilustrasi yang baik merupakan media yang mampu menarik minat peserta didik untuk membaca Dils, 2009; Seuling, 2005. Buku cerita bergambar yang bertemakan hal itu mampu membuat anak memahami konsep perpindahan seseorang dari satu satu negara ke negara lainnya, dapat mempelajari konsep mencintai lingkungan, serta mampu mengenal sejarah yang sangat abstrak menjadi lebih konkret. Hal tersebut mampu diterima anak karena konsep yang rumit divisualisasikan dan diceritakan secara konkret kepada anak melalui buku cerita bergambar Bersh, 2013; Hsiao & Shih, 2015; Demoiny & Ferraras, 2018. Selain berfungsi dalam menanamkan budaya membaca, menginformasikan berbagai konsep ilmu pengetahuan yang sulit, buku cerita bergambar yang berbasis pendidikan karakter juga berfungsi dalam hal penyampaian ilmu pengetahuan dan juga nilai-nilai moral dalam membentuk karakter yang lebih baik Nurgiyantoro, 2018166. Oleh karena itu, artikel ilmiah ini akan membahas dan memberikan pengetahuan tentang bagaimana mengembangkan sebuah buku cerita bergambar berbasis pendidikan karakter untuk menumbuhkan budaya literasi di Sekolah Dasar yang dapat digunakan siswa sebagai media dalam menumbuhkan budaya literasi. METODE Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian dan pengembangan bidang pendidikan menurut Borg dan Gall yang dikenal dengan Metode Research and Development R & D. Siklus R & D menurut Borg and Gall metode R & D meliputi pengkajian terhadap hasil-hasil penelitan sebelumnya yang berkaitan dengan validitas komponen-komponen pada produk yang akan dikembangkan, mengembangkan produk berdasarkan temuan, pengujian produk yang digunakan untuk uji lapangan, dan revisi untuk memperbaiki kekurangan yang ditemukan dalam tahap pengujian lapangan. Penelitian pengembangan atau Research and Development R & D secara lengkap Borg dan Gall menyatakan ada 10 langkah pelaksanaan strategi penelitian dan pengembangan. 1. Research and information collection dalam penelitian dan pengumpulan data dilakukan untuk menganalisis kebutuhan, studi literatur, dan penelitian skala kecil. 2. Planning. Pada tahap perencanaan dilakukan identifikasi kemampuan-kemampuan yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian, merumuskan tujuan yang hendak dicapai, membuat desain atau langkah-langkah penelitian, dan merencanakan kemungkinan pengujian. 3. Develop preliminary form of product. Pengembangan draft produk meliputi persiapan materi, instrumen, dan uji kelayakan dalam skala kecil 4. Preliminary field testing, ujicoba lapangan atau uji coba terbatas pada objek penelitian. Selama uji coba dilakukan observasi, wawancara dan pengedaran angket. Tujuan ujicoba ini untuk dapat p-ISSN2579 – 5112 e-ISSN 2579 – 5147 562 JURNAL TAMAN CENDEKIA VOL. 05 NO. 01 JUNI 2021 mengevaluasi produk yang dikembangkan. 5. Main product revision, merevisi produk utama dilakukan berdasarkan temuan-temuan pada ujicoba awal. 6. Main field testing, ujicoba lapangan dilakukan untuk mengumpulkan data kuantitatif tentang penilaian guru sebelum dan sesudah membaca model yang dikembangkan, data yang dikumpulkan dievaluasi dan dibandingkan dengan kelompok yang dikontrol. 7. Operational product revision, revisi produk berdasarkan hasil ujicoba di lapangan. 8. Operational field testing, uji lapangan untuk mengumpulkan dan menganalisis data berdasarkan hasil uji lapangan 9. Final product revision, revisi final produk berdasarkan hasil uji di lapangan. 10. Dissemination and implementation, implementasi dan mengontrol hasil dan mutu. Borg & Gall, 2007 4 Desain Penelitian Desain penelitian yang dikembangkan oleh peneliti berdasarkan desain penelitian dibagi menjadi beberapa tahap yakni tahap penelitian dan informasi serta ide awal, perencanaan dan desain awal produk, pengembangan draft produk, uji lapangan awal, uji lapangan utama, revisi produk operasional, uji pelaksanaan lapangan dan revisi produk akhir. Peneliti membatasi penelitian hanya sampai dengan revisi akhir. Adapun secara detail desain modifikasi Borg and Gall yang digunakan adalah sebagai berikut. Gambar. 1 Desain Penelitian RnD Teknik Pengolahan Data Teknik pengolahatan data dalam penelitian ini adalah dengan mengggunakan instrument uji ahli, uji one to one, small group, dan field test dengan instrument kualitatif menggunakan skala likert 1-4. Lalu data kualitatif diubah menjadi data kuantitatif dengan skala likert sebagai berikut Gambar. 2. Pengukuran Skala Likert HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menghasilkan produk buku cerita bergambar dengan ukuran A4 menggunakan kertas art cartoon 260gram untuk sampul buku dan art paper 150gram untuk isi buku dengan warna yang full colour dan huruf yang digunakan dalam penulisan buku ini adalah Comic Sans ukuran 20 pt, Spasi 1,5. Ilustrasi Ilustrasi buku berupa gambar tokoh-tokoh dalam buku cerita “Selamat Ulang Tahun Ibu Ratu” yaitu animasi tokoh-tokoh semut, kupu-kupu dan juga latar tempat beserta suasana yang diilustrasikan menjadi satu kesatuan sehingga menciptakan cerita yang lebih menarik. Gambar 3. Pengembangan Ilustrasi Buku Cerita Bergambar Kelebihan Produk Beberapa kelebihan dalam produk ini adalah a. Konten cerita dalam buku ini berbasis pendidikan karakter. Ada banyak karakter yang tersirat dalam buku ini yaitu karakter kasih sayang, peduli, rasa ingin tahu dan yang terpenting adalah tentang kerja sama. Cerita p-ISSN2579 – 5112 e-ISSN 2579 – 5147 563 JURNAL TAMAN CENDEKIA VOL. 05 NO. 01 JUNI 2021 kerjasama dalam buku ini terinspirasi oleh dunia semut yang memiliki karakter gotong royong. b. Karakter kuat yang tergambar dalam buku cerita ini adalah karakter kerja sama dan kasih sayang. Kedua karakter ini menurut teori pendidikan karakter tepat jika diaplikasikan kepada siswa kelas II SD di mana siswa kelas II SD yang masih merupakan kategori kelas awal. c. Bahasa dalam buku cerita ini komunikatif dan disesuaikan dengan perkembangan bahasa anak sehingga anak-anak dapat menikmati cerita lebih mudah. d. Kalimat-kalimat dalam buku ini jumlahnya tidak lebih dari 20 kata dalam setiap halamannya. Hal ini bertujuan untuk memberikan kesan positiif bagi anak, bahwa buku cerita tidak dipenuhi dengan teks dan buku ini akan membuat pengalaman membaca lebih menyenangkan. e. Buku cerita bergambar ini dipenuhi dengan ilustrasi gambar yang penuh warna sehingga dari segi visualisasi buku ini menjadi semakin menarik. f. Buku ini dipersiapkan sebagai bahan ajar pendukung dalam menumbuhkan budaya literasi karena buku ini dapat dijadikan media Read Aloud oleh guru maupun menjadi bahan bacaan yang membuat siswa melakukan kegiatan membaca 15 menit sebelum memulai pembelajaran. Kelemahan Produk Kelemahan produk buku cerita bergambar ini adalah sebagai berikut. a. Buku ini membutuhkan proses perbaikan yang sangat panjang dan sulit sehingga perjuangan dalam membuat buku ini lebih besar. b. Buku ini hanya satu cerita dan tidak berseri sehingga banyak anak ketika penelitian small group mengharapkan buku dengan judul ini ada cerita selanjutnya. c. Buku cerita seri berikutnya dari buku ini sangat diperlukan sebab buku cerita bergambar ini hanya berjumlah tidak lebih dari 32 halaman dan dalam menumbuhkan budaya literasi serta menanamkan karakter dibutuhkan pembiasaan dan pengulangan Repetition sehingga buku-buku cerita bergambar seri berikutnya menjadi penting untuk diciptakan dalam menumbuhkan budaya literasi siswa kelas II SD. Hasil Uji Coba Expert Judgement Uji validasi ini dilaksanakan dengan melibatkan beberapa ahli yakni ahli media, ahli bahasa dan ahli materi. Uji Validasi ini dilakukan dengan memberikan draft produk disertai dengan instrument penelitian berupa kuesioner penelitian. Berdasarkan uji coba ahli bahasa dan perbaikan kaidah kebahasaan pada produk buku cerita bergambar, maka didapatkan rata-rata kelayakan produk dari sisi bahasa yaitu sebesar 95%. Rincian penilaian ahli bahasa akan dijelaskan pada tabel penilaian ahli bahasa. Nilai yang diperoleh dari ahli bahasa menunjukkan bahwa produk buku cerita bergambar dikategorikan sangat baik dan valid. Setelah penilaian, produk buku cerita bergambar ini masih dalam tahap perbaikan berdasarkan masukan para ahli. Berdasarkan hasil uji validasi dan perbaikan yang diberikan oleh ahli media diperoleh rata-rata kelayakan produk dari segi media yaitu sebesar Nilai yang diperoleh dari ahli media sebesar menunjukkan bahwa produk buku cerita bergambar berbasis pendidikan karakter yang berjudul “Selamat Ulang Tahun Ibu Ratu” dapat dikategorikan sangat baik. Gambar 4. Produk revisi buku cerita bergambar setelah uji expert p-ISSN2579 – 5112 e-ISSN 2579 – 5147 564 JURNAL TAMAN CENDEKIA VOL. 05 NO. 01 JUNI 2021 One to one evaluation, Small Group Evaluation dan Field Test Evaluation Setelah produk melewati proses uji validasi dan dinyatakan valid oleh validator baik dari segi materi, bahasa maupun media, produk buku cerita bergambar akan diuji coba secara One to One dengan melibatkan 3 orang siswa SDN Bendungan Hilir 12 Pagi yang dipilih oleh wali kelas berdasarkan kategori siswa yang memiliki minat membaca yang tinggi, sedang dan rendah. Ketiga siswa tersebut adalah Ra, Fa, dan Da. Uji coba One to One ini dilakukan dengan cara mewancarai ketiga responden itu secara bergantian. Sebelum melakukan wawancara, ketiga orang siswa tersebut dipersilakan membaca buku cerita bergambar yang diberikan oleh peneliti, setelah ketiga responden selesai membaca peneliti melakukan wawancara satu persatu kepada responden. Dari hasil wawancara yang dilakukan pada tahap one to one evaluation diketahui bahwa ketiga anak memiliki pandangan yang positif terhadap buku cerita bergambar yang dikembangkan. Buku yang dikembangkan sesuai dengan karakteristik siswa. Buku yang dikembangkan membuat siswa membacanya dengan antusias karena menceritakan hal-hal yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari yakni pengalaman ulang tahun pada kehidupan anak. Selain itu, menurut ketiga siswa buku yang dikembangkan memiliki gambar yang menarik dengan ilustrasi yang sesuai karakteristik anak sehingga anak tidak jenuh ketika membaca. Hasil Small Group Evaluation Setelah melakukan uji coba one to one evaluation, peneliti melakukan uji coba skala kecil yaitu dengan melibatkan 10 orang siswa kelas II SDN Bendungan Hilir 12 Pagi. Sebelum tahap uji coba dilaksanakan, siswa diminta untuk membaca buku cerita bergambar, lalu setelah itu siswa diberikan kuesioner untuk diisi. Setelah itu, mengisi kuisioner peneliti menjelaskan terlebih dahulu prosedur pengisian dengan menggunakan bahasa anak-anak agar siswa lebih memahami ketika mengisi kuesioner. Pada tahap skala kecil ini bertujuan untuk menilai kelayakan produk pada siswa kelas II sekolah dasar. Nilai rata-rata yang didapatkan berdasarkan kesepuluh siswa pada uji coba skala kecil ini adalah 96,6%. Berdasarkan penilaian tersebut maka produk dapat dikategorikan Sangat Baik. Gambar 5. Dokumentasi Penelitian Small Group Evaluation Hasil Field test Tahap selanjutnya yang dilakukan oleh peneliti adalah uji coba lapangan Field test. Uji coba lapangan ini melibatkan 21 siswa SDS Ar-Rahman Motik. Pada uji coba kali ini peneliti memberikan buku cerita kepada siswa di kelas II A, lalu siswa membaca produk buku cerita dan diberikan kuisioner oleh peneliti.. Penelitian ini mendapatkan data kuantitatif yang akan diubah menjadi kualitatif. Berdasarkan pengisian kuisioner yang dilakukan kedua puluh satu siswa kelas II A SDS Ar-Rahman Motik pada uji coba lapangan ini, diperoleh nilai rata-rata 94,33% yang berarti kualitas buku cerita bergambar berbasis pendidikan karakter “ Selamat Ulang Tahun Ibu Ratu” dapat dikategorikan Sangat Baik. Kendala yang dihadapi saat penelitian kali ini adalah keterbatasan waktu yang dimiliki karena akan ada siswa yang berulang tahun, akan tetapi hal ini dijadikan peneliti sebagai ajang mengucapkan dan mengajak siswa untuk menyanyikan lagu selamat ulang tahun kepada Arai, karena di akhir cerita buku ini pasukan semut juga mengucapkan dan menyanyikan lagu selamat ulang tahun p-ISSN2579 – 5112 e-ISSN 2579 – 5147 565 JURNAL TAMAN CENDEKIA VOL. 05 NO. 01 JUNI 2021 kepada Ibu Ratu. Dalam penelitian field test ini, siswa kelas II SD Ar-Rahman Motik sangat tertarik dengan buku cerita yang dikembangkan peneliti, siswa menyukai buku dan ingin memiliki buku cerita bergambar yang dikembangkan. Gambar 6. Dokumentasi Penelitian Field Test Evaluation Penelitian pengembangan buku cerita bergambar ini memberikan pengetahuan tentang tahapan-tahapan penelitan dan mengembangkan produk buku cerita bergambar berbasis pendidikan karakter yang dapat digunakan sebagai buku pendukung dalam menumbuhkan budaya literasi siswa. Penelitian dan pengembangan buku cerita bergambar ini juga melibatkan guru, kepala sekolah dan siswa kelas II SD pada tahap penelitian hingga uji coba produk penelitian yang dihasilkan. Hal ini dilakukan dalam rangka menghasilkan produk penelitian ini agar produk penelitian yang dikembangkan menjadi solusi konkret hadirnya media buku cerita yang sesuai dengan karakteristik siswa. Berdasarkan uji coba yang dilakukan dengan para ahli maka didapatkan hasil rata-rata 97,1% sebagai presentase penilaian produk buku cerita bergambar. Hasil penilaian dari para ahli menyatakan bahwa produk buku cerita bergambar ini dapat dikategorikan sangat baik. Produk pengembangan sebuah buku cerita bergambar ini memiliki keunggulan baik dari segi ilustrasi maupun konten yang berbasil pendidikan karakter. Produk penelitian ini dibuat sebagai buku cerita bergambar yang menarik sebab, buku ini bertujuan agar siswa mampu meningkatkan budaya literasi yang paling mendasar yaitu budaya membaca di sekolah. Pengembangan buku cerita bergambar sebagai buku penunjang pembelajaran bagi anak, merupakan sebuah inovasi yang baik dalam pembelajaran. Selain mampu mengembangkan budaya membaca, buku cerita bergambar yang dirancang dengan baik juga mampu mengembangkan keterampilan bercerita anak Lestari, 2018 Buku cerita bergambar ini mampu mengembangkan imajinasi, kreativitas dan daya pikir tingkat tinggi pada siswa. Buckovec dan Robert 2019 dalam penelitiannya yang berjudul”Elementary School Student's Attitudes on Teaching Artist' Monochrome Picture Book Without Text and Graphite Technique” menyatakan bahwa dengan ilustrasi dan gambar yang dikemas dalam picture book, anak-anak mampu mengasah kreativitas berpikirnya dan juga dapat menuangkan perasaannya melalui gambar sehingga dari sebuah gambar, anak juga mampu mengasah kecerdasan emosinya. Dalam proses pengembangan produk buku cerita bergambar peneliti memerhatikan beberapa komponen penting yang harus ada yakni penokohan, latar, alur cerita, warna, ilustrasi yang menarik, dinamika cerita, tokoh cerita. Buku cerita yang dikembangkan untuk siswa sekolah dasar harus disesuaikan dengan tahapan perkembangan kognitif, bahasa, serta perkembangan moral anak. Sehingga penokohan tokoh semut dalam buku ini, pemilihan cerita pengalaman ulang tahun, dan dinamika cerita yang sederhana sesuai dengan perkembangan anak usia kelas II di sekolah dasar. Buku cerita bergambar yang dikembangkan dalam penelitian ini memiliki komposisi 70% gambar dan 30% kata-kata. Hal ini disesuaikan dengan karakteristik buku cerita bergambar bagi anak-anak. Pengembangan buku cerita bergambar ini didasarkan pada kebutuhan dalam meningkatkan literasi siswa sekolah dasar kelas II SD. Buku cerita bergambar adalah buku yang digemari oleh siswa SD kelas rendah karena buku tersebut sesuai dengan karakteristik siswa dan dunia anak-anak di kelas rendah yakni kelas 1, 2 dan 3. Buku p-ISSN2579 – 5112 e-ISSN 2579 – 5147 566 JURNAL TAMAN CENDEKIA VOL. 05 NO. 01 JUNI 2021 cerita bergambar mampu menyajikan konsep-konsep yang rumit menjadi lebih mudah untuk anak. Anak-anak kelas rendah sangat tertarik dengan buku yang bergambar karena daya imajinasinya masih sangat tinggi serta perkembangan bahasanya akan lebih cepat jika distimulasi dengan buku cerita bergambar. Anak-anak kelas rendah juga akan lebih fokus dan konsentrasinya tidak mudah terpecah jika membaca buku cerita bergambar Kelly, 2012; Ma& Wei, 2015. Buku cerita bergambar yang dikembangkan peneliti mendapatkan respon yang sangat baik dari siswa. Sejak buku ini diuji cobakan kepada siswa, siswa merasa tertarik membaca buku cerita bergambar ini berulang-ulang. Minat bacanya tumbuh ketika melihat sampul depan yang menarik dari buku ini. Selain itu, siswa dapat menceritakan kembali isi buku kepada teman-temannya dan siswa merasa senang membacanya. Buku cerita bergambar ini mendapatkan nilai dan 94,33% ketika diuji coba kepada siswa. Berdasarkan penilaian tersebut maka buku ini dapat dikategorikan sangat baik dari sudut pandang siswa dan dapat menumbuhkan budaya literasi dalam hal ini adalah minat baca bagi siswa kelas II SD. Bagi guru di SD buku ini dapat menjadi media dalam membacakan cerita read aloud kepada siswa sehingga budaya literasi dapat ditingkatkan dengan cara yang menyenangkan. Seluruh tahapan penelitian dan pengembangan dilalui dalam penelitian ini secara rinci dilakukan. Hal ini bertujuan agar produk yang dihasilkan dapat bermanfaat dan menjadi buku bergambar yang berkualitas. Peneliti menyadari masih ada banyak kekurangan dalam proses pembuatan buku ini oleh karena hal tersebut peneliti akan memperbaiki di kemudian hari. Adapun penelitian yang dapat dikembangkan dalam penelitian selanjutnya adalah membuat buku cerita bergambar berseri yang sesuai dengan karakteristik anak sehingga buku tersebut menjadi media untuk meningkatkan literasi dan minat baca pada anak. Peneliti selanjutnya juga dapat mengembangkan buku bergambar berseri yang memuat nilai karakter yang baik untuk siswa sehingga selain meningkat minat baca, buku yang dikembangkan dapat menumbuhkan karakter-karakter baik pada diri siswa. PENUTUP Secara umum, pengembangan buku cerita bergambar berbasis pendidikan karakter ini dapat dijadikan buku penunjang dalam menummbuhkan budaya literasi pada siswa kelas II SD. Buku cerita bergambar berbasis pendidikan karakter ini menyajikan konten cerita yang menyampaikan pentingnya karakter bekerja sama, gigih dan selalu peduli terhadap teman yang diperankan dan mengambil kisah dari semut. Konten cerita ini dibuat agar siswa mampu menyerap nilai-nilai baik yang dituliskan dalam cerita. Sehingga selain siswa mampu meningkatkan budaya literasi dalam hal ini siswa mampu tertarik untuk membaca buku, siswa juga belajar tentang nilai-nilai baik dalam buku cerita bergambar berbasis pendidikan karakter ini yang nantinya nilai-nilai baik tersebut mampu diimplementasikan siswa dalam kehidupan sehari-hari. Pengembangan buku cerita bergambar berbasis pendidikan karakter ini juga memberikan implikasi kepada guru-guru di sekolah dasar untuk dapat membuat buku-buku cerita bergambar yang sederhana dan berkualitas bagi siswa berdasarkan tahapan-tahapan pengembangan yang telah dilalui oleh peneliti dalam membuat buku cerita bergmbar ini. Guru juga dapat menggunakan buku ini sebagai buku penunjang dalam kegiatan menumbuhkan budaya literasi di sekolah, guru dapat menggunakan buku cerita bergambar ini sebagai media untuk read aloud ataupun media untuk mengembangkan kemampuan bercerita dan menulis siswa. Bagi mahasiswa jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar PGSD serta mahasiswa umum lainnya pengembangan buku cerita bergambar ini juga memberikan implikasi agar mahasiswa PGSD maupun umum dapat memilih buku cerita yang baik bagi anak dan buku ini dapat menjadi rujukan bagi mahasiswa dalam mengembangkan sebuah p-ISSN2579 – 5112 e-ISSN 2579 – 5147 567 JURNAL TAMAN CENDEKIA VOL. 05 NO. 01 JUNI 2021 buku cerita bergambar yang akan menjadi media dalam meningkatkan literasi siswa. Pengembang menyadari bahwa buku cerita bergambar ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kritik dan saran diperlukan dalam perbaikan buku ini yang berpedoman pada prosedur penelitian dan pengembangan agar hasil produk selanjutnya dapat lebih baik. REFERENSI Alberta. 2010. Literacy First A Plan for Action. Canada Alberta Education. Alwasilah, A. C. 2012. Pokoknya Rekayasa Literasi. Bandung Kiblat Buku Utama. Badan Pusat Stastistik. 2016. Indeks Pembangunan Manusia. Diakses melalui Pada 14 Maret. pukul Bersh, 2013. The Curricular Value of Teaching about Immigration through Picture Book Thematic Text Sets. The Social Studies, 1042, 47–56. doi Demoiny, S. B., & Ferraras-Stone, J. 2018. Critical Literacy in Elementary Social Studies Juxtaposing Historical Master and Counter-Narratives in Picture Books. The Social Studies, 1092, 64–73. doi Dils, 2009. You Can Write Children’s Book. USA Writer’s Digest Books. Borg, & Gall, 2007. Educational Research. USA Pearson. Gong, A. G., & Irkham, A. M. 2012. Gempa akarta Perpustakaan Populer Gramedia. Hendri. 2013. Pendidikan Karakter Berbasis Dongeng. Bandung Simbiosa Rekatama Media. Hsiao, & Shih, 2015. Exploring the effectiveness of picture books for teaching young children the concepts of environmental protection. International Research in Geographical and Environmental Education, 251, 36–49. doi Kelly, J. 2012. Two daddy tigers and a baby tiger Promoting understandings about same-gender parented families using picture books, Early Years. An International Research Journal, 32, 288–300. doi Lestari, I. 2018. Developing Wordless Picture Book to Improve the Storytelling Ability of 5 to 6 Years Old Children. Jurnal Cakrawala Pendidikan,371. doi Lickona, T. 2016. Education for Character terj. Jakarta PT. Bumi Aksara. Listyarty, Retno. 2012. Pendidikan Karakter dalam Metode Aktif, Inovatif dan Kreatif. Jakarta Penerbit Erlangga. Ma, & Wei, 2015. A comparative study of children’s concentration performance on picture books age, gender, and media forms. Interactive Learning Environments, 248, 1922–1937. doi Mulyasa. 2017. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung PT Remaja Rosdakarya. Mutiasih, P. 2016. Literasi Dalam Membangun. Koran Sindo. Sabtu 11 Juni. Nurgiyantoro, B. 2016. Sastra Anak. Yogyakarta Gajah Mada University. Rahim, F. 2018. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta Bumi Aksara. Rahman, dkk. 2018. Literasi Dalam Konteks Keterampilan Komunikasi Abad 21Pada Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Bandung Universitas Pendidikan Indonesia. Sadulloh, U., dkk. 2019. Pedagogik Ilmu Mendidik. Bandung Penerbit Alfabeta. Tim Pengembang Pusat Pembinaan Badan Bahasa. 2016. Panduan Festival Literasi. Jakarta Kemendikbud. Wiedarti, P., dkk. 2016. Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah Jakarta Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. ... Pendidikan merupakan suatu kegiatan universal dalam kehidupan manusia. Karena pada hakikatnya, pendidikan merupakan usaha manusia untuk memanusiakan manusia itu sendiri, yang diartikan sebagai memberdayakan manusia Elsani et al., 2019;Mutiasih et al., 2021;Yulina, 2014. Meskipun pendidikan merupakan gejala yang umum dalam setiap kehidupan masyarakat, namun perbedaan filsafat dan pandangan hidup yang dianut oleh masing-masing bangsa atau masyarakat dan individu menyebabkan perbedaan penyelenggaraan kegiatan pendidikan tersebut, dengan demikian selain bersifat universal pendidikan juga bersifat nasional Abidah et al., 2020;Green et al., 2020. ...I Made Arik Kt. Ngr. Semara PutraPenggunaan metode dan media pembelajaran yang kurang bervariasi membuat pembelajaran menjadi kurang efektif. Penelitian ini bertujuan untuk menciptakan media permainan kartu bergambar mengenai siklus hidup hewan kelas IV SD. Penelitian ini adalah penelitian pengembangan yang menggunakan model pengembangan ADDIE. Subjek penelitian yaitu ahli desain pembelajaran, ahli media pembelajaran, 3 siswa untuk uji coba perorangan dan 6-9 siswa uji coba kelompok kecil. Metode pengumpulan data dilakukan dengan observasi, metode wawancara dan metode penyebaran angket atau kuisioner. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif kualitatif, dan deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian review ahli isi mata pelajaran memperoleh kriteria sangat baik dengan skor 80%, review ahli desain pembelajaran memperoleh kriteria sangat baik dengan skor 90%. hasil review ahli media pembelajaran memperoleh kriteria sangat baik dengan skor 90% dan hasil uji perorangan memperoleh kriteria sangat baik dengan skor 90% dan e hasil uji coba kelompok kecil memperoleh kriteria baik dengan skor 87,2%. Maka, media permainan kartu bergambar ini layak digunakan dalam pembelajaran IPA khususnya materi mengenai siklus hidup hewan kelas IV SD. Implikasi pada penelitian ini adalah pemanfaatan kartu bergambar materi siklus hidup hewan dalam pembelajaran IPA memberi dampak positif bagi peserta didik dan guru.... In addition, Bolton-Gary 2012 states that emotional humorous and visual images and text elements of comics, including digital comics with sound effects, can help improve students' understanding of conceptual material. As stated by Mutiasih, P., 2021 illustrated stories get a very good response from students. Since it was tested on students, students have been interested in reading these illustrated stories over and over again. ...AwiDariyantoAlgebraic thinking is one of the skills needed at this time. Problem-solving activities dominate the ability to think algebraically, but in this case, the solution is not yet known. The solution that is possibly done can be through appropriate examples and self-discovered methods. Previous research found obstacles in algebraic thinking, namely epistemology obstacles, didactical obstacles, and conceptual obstacles. In addition, there is currently a lack of studies on learning media used to familiarize students with algebraic thinking since MI. This research aims to develop motion comic learning media based on digital literacy. The method used was Research and Development R&D, which involved 25 students of MI class IV. This study yielded design principles of digital literacy-based motion comic learning media that have mathematical material content whose context is adjusted to the learning process in the new normal era. Keywords algebraic thinking, digital literacy, design principles, MI REFERENCES Arifin, Z. 2012. Evaluasi pembelajaran. Bandung Remaja Rosdakarya. Bolton-Gary, C. 2012. Connecting Through Comics Expanding Opportunities for Teaching and Learning. US-China Education Review B4 389-395 Borg, & Gall, 1989. Educational Research An Introduction 5th ed.. New York Longman Booker, G., & Windsor, W. 2010. Developing algebrain c thinking Using problem-solving to build from number and geometry in the primary school to the ideas that underpin algebra in high school and beyond. Journal Procedia -Social and Behavioral Sciences, 85, 411– Creswell. 2012. Educational research. University of Nebraska-Lincoln Pearson Fraenkel, Wallen, & Hyun. 2011. How to design and evaluate research in education — 8th ed. MC Graw Hill. Hidayati, F. 2010. Kajian Kesulitan Belajar Siswa Kelas VII SMP Negeri 16 Yogyakarta dalam Mempelajari Aljabar. Skripsi Universitas negeri Yogyakarta. Dipublikasikan. Internal Correspondence Versi 2. 2013. Digital Comic Nearly Tripled. Online com/articles/news/ diakses pada 1 Mei 2014 Kaur & Dindyal. 2010. Mathematical Application and Modelling. Singapore. Word Scientific Publishing. Kilpatrick, J., Swafford, J. & Fidell, B. 2001. Adding It Up Helping Children Learn Mathematics. Washington, DC national Academy Press Koba, Susan dan Anne Tweed. 2009. Hard-toteach Biology Concepts a Framework to Deepen Student Understanding. Arlington National Science Teachers H. C. 2004. Developing Algebraic Thinking in Early Grades Case Study of Korean Elementary School Mathematics. The Mathematics Educator. Vol. 8 No. 1. 88-106. Marsetyorini, A. D. & Murwaningtyas, C. E. 2012. Diagnosis Kesulitan Belajar Siswa dan Pembelajaran Remedial dalam Materi Operasi Pada Pecahan Bentuk Aljabar Di Kelas VIII SMPN 2 Jetis Bantul. Prosiding Makalah dipresentasikan dalam Seminar nasional Matematika dan Pendidikan Matematika “Kontribusi Pendidikan Matematika dan Matematika dalam Membangun Karakter Guru dan Siswa”. Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UNY McCloud, Scott. 2006. Making Comics. New York Harper Collins Publishers Moyer, J., Huinker, D. A. & Cai, F. 2004. Developing Algebraic Thinking in the Earlier Grades A Case Study of the Investigations Curriculum. The Mathematics Educator. Vol. 8 No. 1. 6-38. Mutiasih, P., Iswara, P D., Nugraha, T., 2021. Pengembangan Buku Cerita Bergambar Bebasis Pendidikan Karakter Dalam Menumbuhkan Budaya Literasi Siswa Kelas II Sekolah Dasar. Jurnal Taman Cendekia Vol 5 1. NCTM. 2000. Principles and Standards for School Mathematics. Reston, NCTM. Osa, Amanokawa. 2007. Guide to Draw Manga. Vol. 4. Yogyakarta ANDI Permatasari, B. A. D., dkk. 2015. Analisis Kesulitan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Materi Aljabar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Bangil. Kadikma, Vol. 6, No. 2, hal 119-130 Powell, & Fuchs, L. S. 2014. Does Early Algebraic Reasoning Differ as a Function of Students’ Difficulty with Calculations Versus Word Problems. Learn Disabil Res Pract, 29 3, 106-116 Pratama, S, Agustin, M., Bakti, TRS., 2021. Nilai-Nilai Kearifan Lokal dalam Keseharian Aktivitas Pembelajaran Elektronik di Masa Pandemi Covid-19 Bagaimana Guru mengonstruksi Konten, Sikap dan Perilaku Siswa. Jurnal Taman Cendekia Vol. 05 1 Pratiwi, V., dkk. 2017. Upper Elemetary Grades Students’ Algebraic Thinking Ability in Indonesia. IJAEDU- International E-Journal of Advances in Education 3 9 p 705 Riduwan. 2010. Belajar mudah penelitian untuk guru-karyawan dan peneliti pemula. Bandung Alfabeta. Rohani, A. 1997. Media Instruksional Edukatif. Jakarta Rineka Ciptani Ruseffendi, 2010. Dasar-dasar penelitian pendidikan dan bidang non eksakta lainnya. Bandung Tarsito Schmittau, J. & Morris, A. 2004. The Developing of Algebra in Elementary Mathematics Curriculum of Davydov. The Mathematics Educator. Vol. 8 No. 1. 60-87 Suherman, E. & Sukjaya, Y. 1990. Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung Wijaya Kusumah. Surapranata, S. 2006. Analisis, Validitas, Reliabilitas, dan Interpretasi Hasil Tes. Bandung PT Remaja Rosdakarya. Warren, E., dkk. 2009. Equivalence and Equations in Early Years Classroom. APMC 14 1. Ika LestariThis study aims to design and develop a wordless picture book to improve the storytelling ability of level B kindergarten students. This research adopted the design and development model proposed by Lee and Owens 2004. Data collection techniques employed storytelling tests, open-ended questionnaire, interview, and observation. The needs analysis was conducted through a storytelling test. The expert judgment involved media experts, children literature experts, and early childhood instructional design experts to assess the prototype of Wordless Picture Book. Storytelling test, observation, and interview were used in the try out process. Quantitative data were obtained from pretest and posttest scores and the questionnaire for expert validation. Descriptive qualitative data analysis techniques were used to process the data interviews. Quantitative data analysis was used to examine the scores obtained from the pre and post-tests. The research produced 1 a wordless picture book design and b a product of wordless picture book which has been tested for its effectiveness, efficiency, uses, and practicality in improving children’s storytelling ability. Some implications and recommendations are also discussed. © 2018, Universitas Negeri Yogyakarta Yogyakarta State University. All rights reserved. Luz Carime BershThis article offers a contextual analysis of contemporary immigration issues impacting the institutions in the United States, in particular the school. It discusses the importance of addressing this theme in the classroom and presents its curricular value in the elementary and middle school social studies and interdisciplinary curricula. Using a picture book thematic text set on the topic of immigration allows for multiple curricular venues and connections through which teachers can address the complexities of immigration. Included is a recommended thematic text set annotated bibliography of twenty-three picture books of different reading levels about historical and mostly contemporary immigration issues. This annotated bibliography is a valuable curriculum resource for teachers because it supports the social studies’ curriculum and its integration with other subject areas, such as language arts and the arts. Each book's bibliographical information offers teachers suggested teaching focal themes and content knowledge, target processes of inquiry and discussion, and attitudinal dispositions that can be B. DemoinyJessica Ferraras-StoneIn this article the authors demonstrate how pairing master and counter narrative picture books, along with critical literacy practices, can be used to enhance the social studies curriculum outlined by state standards taught in today's elementary schools. These intentional book pairings allow students to grapple with what history truly means and to question how history is told. To facilitate an understanding of how such lessons could take place, a model lesson plan and a description of paired picture books that lend themselves to critical literacy lessons and that represent commonly taught elementary social studies content are provided. A list of resources is included to assist teachers in locating additional picture HsiaoPei-Yu ShihThis research aimed to investigate the use of picture books by preschool teachers to instruct environmental concepts and their influence on resource saving by children. The study adopted qualitative research as a method to investigate 11 children aged 5–6 years in Taiwan. In addition, we used “the environmental protector” as a main theme, and designed three sub-themes, which included the Impact of Human Activities on the Environment, the Rubbish Problem and Recycling, and Environmental Protection and Resource Saving. We used eight young children's picture books that were related to environmental education to carry out eight weeks of teaching. The result of the research discovered that children's environmental concepts had increased greatly following the activities. The children learned about different types of recovery and the recycling of reusable resources and the importance of recycling; children also understood how to reduce rubbish, and how to use less water, electricity, and paper, plus other eco-friendly behaviour. Children saved resources through their own actions; for instance, children used less water when washing their hands and brushing teeth and brought their own hankies to school. Moreover, children also used less drawing paper and turned off lights and televisions without being reminded to save electricity. However, the reuse of plastic bags was not improved. Janette KellyThere is a small body of work examining how picture books can be used with young children and their families to develop understandings of contemporary issues including diversity and practices towards inclusion. This article describes a study in one New Zealand kindergarten that explored teachers’ interpretations of children’s responses to a selection of picture books featuring same gender parented families. The research sought to go beyond traditional understandings of families and the dominant discourse of heteronormativity. Findings show that despite children reportedly being open to the possibilities of non-traditional families in their setting, and their play, teachers appeared hesitant to ask probing questions or fully engage with children’s thinking, or their own, to explore understandings in this area. Nevertheless, this research demonstrates that taking tentative steps towards making an alternative discourse available through the proactive use of curriculum resources does not have to be difficult’ or dangerous’. In inclusive educational settings, lesbian and gay headed families can be affirmed, and children can be supported to construct understandings about family’ outside of normative Pembangunan ManusiaStastistik Badan PusatBadan Pusat Stastistik. 2016. Indeks Pembangunan Manusia. Diakses melalui usia. Pada 14 Maret. pukul Can Write Children's Book. USA Writer's Digest BooksT E DilsDils, 2009. You Can Write Children's Book. USA Writer's Digest G GongA M IrkhamGong, A. G., & Irkham, A. M. 2012. Gempa akarta Perpustakaan Populer Karakter dalam Metode AktifRetno ListyartyListyarty, Retno. 2012. Pendidikan Karakter dalam Metode Aktif, Inovatif dan Kreatif. Jakarta Penerbit comparative study of children's concentration performance on picture books age, gender, and media WeiMa, & Wei, 2015. A comparative study of children's concentration performance on picture books age, gender, and media forms. Interactive Learning Environments, 248, 1922-1937. doi 05. Mulyasa. 2017. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung PT Remaja Rosdakarya. Catat, Ini Dia 4 Tahapan Membuat Buku Cerita BergambarJangan salah, karena membuat buku cerita bergambar tidak bisa dibilang mudah dan hanya tinggal tulis dan gambar saja. Karena untuk menghasilkan buku cerita bergambar yang punya kualitas baik dan maksimal, tentu ada prosesnya. Penasaran sebetulnya cara membuat buku cerita bergambar itu bagaimana? Simak pembahasan dibawah untuk mendapatkan Membuat Buku Cerita Bergambar Sebetulnya, cara membuat buku cerita bergambar itu tidak jauh berbeda proses tahapannya dengan membuat buku cerita lain. Berikut, untuk penjelasan yang lebih lengkap. 1. Buat Dulu Perencanaan Sama seperti saat kamu akan membuat novel dan cerpen, yang sebelum menulis naskahnya itu disiapkan dulu konsep cerita-nya nanti ditulis itu seperti apa. Membuat buku cerita bergambar juga sama, harus direncanakan terlebih dahulu tema cerita yang diambil itu apa, jalan ceritanya bagaimana, tokoh-tokohnya ada siapa saja, berapa, bagaimana bentuknya, karakternya, dst. Dan karena pembaca buku cerita bergambar itu biasanya anak-anak, maka ada baiknya untuk merencakan naskah cerita sesuai dengan kondisi dan situasi anak-anak juga. Entah itu dari tema cerita, nama-nama tokoh dan karakternya, hingga jalan cerita dari buku tersebut harus ramah anak. Tenang, di poin selanjutnya akan dibahas buku yang ramah anak itu seperti apa. 2. Dilanjutkan PemetaanCaranya? Mudah. Misal kamu ingin membuat buku cerita bergambar dengan tema Islam, dari sekian banyak topik agama Islam mana yang akan kamu ambil untuk jadi cerita. Misal, tentang berbakti kepada orangtua, nah, dari topik berbakti kepada orangtua itulah. Kamu bisa membuat peta jalan cerita-nya akan seperti apa, catat, dan jangan lupa untuk melibatkan tokoh di alur-nya. Oh iya, selain tema dan alur, dalam membuat buku cerita bergambar juga harus memperhatikan tata bahasa. Jadi, pastikan setiap kalimat di naskah itu sederhana, dan jumlah katanya sesuai dengan usia anak. Sebagai referensi, naskah cerita 500 kata bisa untuk buku cerita bergambar usia 0-2 tahun, tentu untuk pembaca buku umurnya lebih tinggi jumlah katanya bisa ditambah. 3. Mulai Menulis Cerita Nah, langkah urutan ketiga cara membuat buku cerita bergambar inilah yang sama sekali tidak boleh dilewatkan dan harus dikerjakan. Yaitu proses menulis cerita-nya, karena mau sebagus apapun konsep buku cerita bergambar yang sudah kamu buat pada dua langkah sebelumnya. Tidak akan berarti apa-apa, jika kamu tidak mulai-mulai untuk menuliskan cerita-nya. Betul? Maka dari itu, yuk, silahkan tuangkan ide-ide dan konsep yang sudah direncanakan tadi menjadi satu tulisan cerita. Sebagai tips, sebaiknya usahakan jangan menghapus kalimat apapun yang sedang kamu tulis sebelum cerita itu sudah selesai. Karena biasanya, itulah salah satu alasan kenapa penulis tidak bisa menyelesaikan naskah-nya dengan maksimal, keburu banyak diedit. 4. Review, Edit Naskah-nyaTentu saja, kata review disini merujuk pada proses "membaca secara keseluruhan naskah cerita" yang sudah dibuat. Jika ingin lebih maksimal, bisa memberikan jeda waktu antara menulis dan me-review entah itu beberapa jam maupun beberapa hari. Disaat itulah, kamu sebagai penulis harus bisa memposisikan diri sebagai pembaca bukan sebagai pembuat karya. Jangan pernah ragu dan takut, untuk membuang kalimat maupun paragraf yang dirasa tidak diperlukan. Karena kabar baiknya, semakin sederhana dan enak dibaca sebuah karya tulisan itu bisa semakin baik. Di tahap ini juga kamu bisa mulai mengatur format dari naskah cerita, ukuran kertas, paragraf, jumlah kalimat per halaman, posisi gambarnya akan dimana, dan seterusnya. Apakah setelah itu, langkah cara membuat buku cerita bergambar sudah selesai? Tentu saja tidak. Karena setelah naskah buku cerita bergambar sudah siap, kamu harus mencari dua pihak lagi agar bukunya bisa jadi. Yaitu ilustrator dan penerbit, percayalah, dengan bantuan ilustrator naskah cerita bisa jadi cerita bergambar. Dan jika ditambah dengan penerbit, maka naskah cerita itu bisa menjadi satu kesatuan utuh yang disebut dengan "buku cerita bergambar." Dan jika sekarang kamu bingung mencari penerbit, PT. ECO MEDIA LESTARI, ECOMEDIA GROUP bisa jadi salah satu rekomendasinya. Silahkan hubungi kontak yang ada pada website ini dan ECOMEDIA untuk menjemput buku kamu itu, disana juga ada layanan konsultasi, pelatihan dan bimbingan juga

cara membuat buku cerita bergambar